Head NewsHumaniora

Anak yang Lahir di Daerah Lebih Maju Berpeluang Hidup Lebih Besar

Kepala BPS Kaltim, DR Yusniar Juliana, S.ST, MIDEC.

Samarinda.UpdateKaltim.com – Secara global, anak-anak berpeluang hidup lebih lama di daerah yang lebih maju dan sejahtera (UNICEF, 2023a). Begitu juga dengan di Kalimantan Timur (Kaltim), anak-anak yang lahir di daerah lebih maju seperti Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kota Bontang, dan Kabupaten Kutai Timur berpeluang hidup lebih besar sampai pada ulang tahun kelima mereka dibandingkan anak-anak yang tinggal di daerah lainnya.

“Berdasarkan hasil Long Form SP2020, AKBa (Angka Kematian Balita) Kota Balikpapan sebesar 14,47 kematian per 1.000 kelahiran hidup, AKBa Kota Samarinda sebesar 15,63 kematian per 1.000 kelahiran hidup, AKBa Kota Bontang sebesar 17,14 kematian per 1.000 kelahiran hidup,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, DR. Yusniar Juliana, S.Si, MIDEC dalam laporan berjudul “Analisis Isu Terkini Provinsi Kalimantan Timur 2023” yang dipublish akhir Desember 2023.

Sedangkan AKBa di kabupaten-kabupaten di Kaltim, AKBa Kabupaten Kutai Timur sebesar 17,35 kematian per 1.000 kelahiran hidup. AKBa tertinggi adalah Kabupaten Berau (21,15 kematian per 1.000 kelahiran hidup), Kabupaten Mahakam Hulu (21,12 kematian per 1.000 kelahiran hidup), dan Kabupaten Kutai Barat (19,61 kematian per 1.000 kelahiran hidup) dan AKBa paling rendah adalah Kabupaten Kutai Barat sebesar 15,8 persen.

Menurut Yusniar, anak-anak yang lahir di wilayah lebih maju seperti Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kota Bontang, dan Kabupaten Kutai Timur juga berpeluang hidup lebih besar sampai pada ulang tahun pertama mereka dibandingkan anak-anak yang tinggal di daerah lainnya.

“Seperti halnya AKBa, tiga kabupaten di Kaltim yang memiliki AKB tertinggi adalah Kabupaten Berau, Kabupaten Mahakam Hulu, dan Kabupaten Kutai Barat,” ujarnya.

Perbedaan angka kematian neonatal (usia kurang 1 bulan) dan kematian 1–59 bulan disebabkan oleh faktor risiko yang berbeda pada kedua kelompok umur tersebut. Kematian neonatal berhubungan dengan penyebab kematian yang berhubungan dengan pelayanan antenatal dan proses kelahiran, sedangkan kematian anak usia 1–59 bulan di daerah yang berpendapatan rendah dan menengah umumnya dipengaruhi oleh penyakit menular (UNICEF, 2023a).

Perbedaan penyebab kematian berdasarkan usia ini memerlukan serangkaian intervensi terpisah untuk mengatasi kematian dan morbiditas pada kelompok usia tersebut. Penyebab utama kematian anak di bawah usia 5 tahun yang dapat dicegah secara umum mencakup kelahiran prematur dan komplikasi kelahiran (seperti asfiksia/trauma saat lahir), infeksi saluran pernapasan akut, diare, dan malaria (UNICEF, 2023a).

Adapun penyakit tidak menular merupakan penyebab utama kematian balita di Kalimantan Timur, yakni sekitar 72 persen dari kematian balita dan penyakit menular menjadi penyebab 4 persen kematian balita,” pungkas Yusniar.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan           

Bagikan

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts