
Samarinda.Updatekaltim.com – Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Rudy Mas’ud dalam Safari Ramadan di Masjid Agung Pelita, Samarinda, Jumat subuh (7/3) mengaku, permasalahan lubang tambang di menjadi “pekerjaan rumah” atau PR besar dirinya sebagai gubernur.
Kegiatan ini dihadiri berbagai pejabat-pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim seperti Sekdaprov Sri Wahyuni, Kabiro Kesra Dasmiah, Ketua DPRD Provinsi Kaltim Hasanuddin Mas’ud, serta pimpinan perangkat daerah lainnya.
Hadir pula Ketua Pengurus Masjid Agung Pelita Husinsyah, perwakilan siswa-siswi di Samarinda seperti SMAN 2, SMKN 7, SMKN 4, Remaja Masjid Agung Pelita serta ratusan jemaah yang hadir mengikuti salat subuh berjamaah.
Dalam sesi dialog, seorang siswa SMA Negeri 2 Samarinda bernama Al-Lyzra Bisma Saputra, mengajukan pertanyaan pada Gubernur Rudy Mas’ud mengenai tambang ilegal dan langkah yang akan diambil pemerintah daerah untuk mengatasinya.
Menanggapi pertanyaan itu, Rudy Mas’ud menegaskan bahwa pemerintah sedang mencari solusi terbaik untuk memanfaatkan kembali lubang tambang yang tersebar di berbagai wilayah Kaltim.
“Tambang-tambang yang sudah tidak dipakai lagi, kalau bisa dikembalikan kepada negara atau daerah agar bisa segera dimanfaatkan. Bisa jadi sarana rekreasi, lahan pertanian, atau kebutuhan lain yang bermanfaat,” ujarnya.
Namun, permasalahan lubang tambang bukan sekadar mencari cara pemanfaatan, tetapi juga menyangkut aspek keselamatan dan lingkungan. Berdasarkan catatan dari dinas pertambangan kata Rudy, saat ini terdapat sekitar 1.743 lubang tambang di Kaltim yang belum direklamasi.
Beberapa di antaranya bahkan telah menelan korban jiwa, terutama terhadap anak-anak di Provinsi Kaltim yang tercebur ke dalam lubang tambang yang menganga.
Selain itu, kondisi air di lubang-lubang bekas tambang juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Rudy mengakui bahwa air tersebut sangat asam akibat proses oksidasi mineral, sehingga tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai budidaya perikanan.
“Saya paham sekali tentang lubang tambang pada saat saya kuliah, orientasinya adalah sumber daya alam dan lingkungan. Jangankan ikan, nyamuk pun enggak bisa hidup di situ,” katanya, menggambarkan betapa ekstremnya kondisi air di lubang tambang, yang sangat asam dan tidak mendukung kehidupan.
Permasalahan ini menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan pemerintah daerah. Wacana pemanfaatan lubang tambang yang menganga sebagai sarana rekreasi atau lahan pertanian harus dikaji secara serius, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan teknologi rehabilitasi lahan.
Pria kelahiran 1 Juni 1980 ini khawatir apabila lubang tambang tidak ditangani dengan baik, keberadaannya akan terus menjadi ancaman bagi masyarakat dan lingkungan di Kaltim.
“Kita segera mencari terobosan-terobosan. Karena kita harus segera memperbaiki areal-areal yang rusak khususnya di sekitaran daerah perkotaan,” tegasnya.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan