Samarinda.UpdateKaltim.com. Provinsi Kalimantan Timur memiliki salah satu kekayaan biodiversitas yang sangat berharga, yaitu pesut Mahakam (Orcaella brevirostris). Satwa air tawar langka ini menjadi simbol keanekaragaman hayati di Sungai Mahakam dan kawasan sekitarnya. Namun, populasi pesut Mahakam yang terus menurun menjadi alarm penting bagi semua pihak.
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Sri Wahyuni, menegaskan pentingnya menjaga kelangsungan hidup pesut Mahakam melalui pendekatan konservasi berbasis masyarakat dan riset ilmiah. Salah satu mitra strategis dalam upaya ini adalah Yayasan Rare Aquatic Species Indonesia (RASI), lembaga yang berfokus pada konservasi spesies akuatik langka.
Sri Wahyuni menjelaskan bahwa Yayasan RASI telah melakukan berbagai penelitian mendalam mengenai pesut Mahakam, termasuk pengidentifikasian individu pesut melalui bentuk siripnya.
“Individual pesut itu ternyata punya sirip yang berbeda-beda. Bahkan, mereka (RASI) bisa memberi nama untuk setiap pesut yang teridentifikasi,” ungkapnya saat di temui di DPRD Kaltim, Rabu (8/1/2025).
Kegiatan riset yang dilakukan RASI melibatkan Ketua Yayasan Budiono dan istrinya, Danielle, yang berdarah Belanda namun telah menjadi warga Kalimantan Timur. Mereka tidak hanya melakukan penelitian ilmiah, tetapi juga mengedukasi masyarakat sekitar kawasan konservasi seperti Danau Semayang, Danau Melintang, Sungai Pela, dan Sungai Belayan.
Edukasi ini mencakup pentingnya menjaga habitat pesut dari aktivitas manusia yang berpotensi mengancam kelangsungan hidupnya.
Menurut Sri Wahyuni, salah satu tantangan besar adalah menurunnya populasi pesut Mahakam, Aktivitas transportasi, perikanan, dan pembuangan limbah menjadi ancaman utama bagi habitat pesut.
“Dulu masih ada 80 sampai 90 ekor, tetapi sekarang tinggal sekitar 62 ekor. Ini adalah peringatan bagi kita semua,” ujarnya.
Sebagai langkah mitigasi, Pemkab Kutai Kartanegara bersama Yayasan RASI telah menginisiasi kawasan konservasi pesut di beberapa wilayah sungai dan danau. Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Penggunaan mesin kapal dan aktivitas perikanan yang tidak ramah lingkungan masih menjadi persoalan.
“Kita perlu melatih para motoris untuk memahami cara mengoperasikan kapal tanpa mengganggu pesut,” kata Sri Wahyuni.
Sri Wahyuni menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam menjaga kelestarian pesut Mahakam. Edukasi kepada masyarakat di sekitar kawasan konservasi menjadi kunci utama.
“Jika ada pesut yang tidak sengaja terjaring, masyarakat harus segera melaporkannya kepada petugas untuk diselamatkan,” jelasnya.
Selain itu, masyarakat dihimbau untuk tidak membuang sampah ke sungai, karena sampah dapat mengotori habitat pesut dan berpotensi mengganggu pola makan mereka.
“Pesut bisa saja memakan sesuatu yang tidak seharusnya, sehingga sangat penting bagi kita semua untuk menjaga kebersihan sungai,” tambahnya.
Sri Wahyuni berharap rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian RASI dapat menjadi pedoman bagi pengambilan kebijakan yang lebih ramah lingkungan.
“Konservasi pesut bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat,” tegasnya.
Dengan langkah-langkah nyata seperti penetapan kawasan konservasi, pelatihan bagi motoris, dan edukasi masyarakat, upaya melindungi pesut Mahakam menjadi lebih terarah.
Namun, kesuksesan program ini sangat bergantung pada komitmen semua pihak untuk menjaga kelestarian lingkungan, terutama di Sungai Mahakam yang menjadi habitat utama satwa langka ini.
”Pesut Mahakam adalah warisan tak ternilai bagi Kalimantan Timur. Mari bersama-sama menjaganya agar generasi mendatang tetap bisa menyaksikan keindahan satwa ini di perairan kita.” pungkasnya.
Penulis : Nai | Editor : Intoniswan