Samarinda.UpdateKaltim.com – Salah seorang pemilih kritis di Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim, Muhammad Ridwan, mengatakan kegagalan Isran Noor-Hadi Mulyadi mempertahankan kursi gubernur dan wakil gubernur Kaltim, karena Isran terlalu banyak bercanda daripada serius mewujudkan konsep yang ada dalam pikirannya “Kaltim Berdaulat” dan keduanya selama memimpin juga tidak punya tim yang sanggup mengkritisinya.
“Konsep “Kaltim Berdaulat” itu sendiri, jangankan dipahami masyarakat, stafnya sendiri para kepala dinas, saya rasa juga ngak ada yang paham,” kata Ridwan pada Niaga.Asia, Rabu 27/11/2024).
Lembaga survei Indikator yang menggelar quick count atau hitung cepat untuk Pemilihan Gubernur Kalimantan Timur (Pilgub Kaltim) 2024, dalam tayangan YouTube-nya pada Rabu (27/11/2024) hingga pukul 16.32 WIB, melaporkan, jumlah data yang masuk 84,17% dari total suara Pilgub Kaltim. Tingkat partisipasi mencapai 81,15%.
Hasil quick count sementara, calon gubernur dan wakil gubernur Kaltim nomor urut 1, Isran Noor dan Hadi Mulyadi meraih 42,94% suara. Sementara paslon nomor urut 2, Rudy-Seno unggul 57,06%.
Diketahui, hasil quick count ini bukan hasil resmi Pilkada 2024. Hasil resmi Pilkada 2024 akan diketahui melalui penghitungan suara dan rekapitulasi yang dilakukan KPU mulai 27 November hingga 16 Desember 2024.
Menurut Ridwan, Isran sendiri sejak meluncurkan konsep pembangunan untuk “Kaltim Berdaulat”, sepertinya juga tidak menemukan intisari dari hasil pemikirannya tersebut, sehingga tak bisa menjelaskan dalam bahasa sederhana, berdaulat seperti apa sebenarnya yang ingin diperjuangkannya.
“Konsep “Kaltim Berdaulat” itu tak lebih dari aksesoris Isran,” ucapnya.
Ridwan menambahkan, sebetulnya pasangan Isran-Hadi punya waktu cukup panjang atau satu tahun untuk menjelaskan apa itu “Kaltim Berdaulat” ke pemilih, karena keduanya sudah lengser sejak Oktober 2023, tapi tidak memanfaatkannya.
“Dalam tiga kali debat, keduanya juga tidak sanggup menjelaskan apa itu sebenarnya konsep “Kaltim Berdaulat”. Hadi tampil sangat bagus dalam debat. Tapi Isran tak bisa menghilangkan kebiasaannya bercanda, yang kemudian ditafsirkan penonton sebagai tindakan mengolok-olok lawan debatnya,” kata Ridwan.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan