Head NewsHumaniora

Samarinda Masih Siaga Darurat, Pemerintah Terus Pantau Perkembangan Cuaca

Wali Kota Samarinda, Andi Harun dan Kepala BWS Kalimantan IV Samarinda, Yosiandi Radi Wicaksono, dalam konfrensi pers bersama, Kamis (30/1/2025). (Foto Lydia Apriliani/UpdateKaltim.com)

Samarinda, UpdateKaltim.com – Curah hujan ekstrem pada Minggu kemarin (26/1/2025) dengan intensitas mencapai 140 mm di Desa Pampang dan sekitarnya, menjadi salah satu penyebab banjir di Kota Samarinda.

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda, curah hujan tinggi ini berdampak pada peningkatan signifikan tinggi muka air di Bendungan Lempake.

Dikatakan Yosiandi Radi Wicaksono, selaku Kepala BWS Kalimantan IV Samarinda, kondisi hidrologis yang terjadi di Kota Tepian cukup mengkhawatirkan. Curah hujan yang tinggi dalam waktu singkat menyebabkan elevasi air di Bendungan Lempake naik hingga sekitar 8,15 meter, dengan debit mencapai 70 meter kubik per detik.

“Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap aliran Sungai Karang Mumus dan bisa menyebabkan genangan di wilayah hilir,” ungkapnya ketika memberikan pemaparan penyebab banjir dihadapan Wali Kota Andi Harun, Kamis sore (30/1/2025).

Jika dilihat dari hasil pemantauan selama 24 jam menunjukkan bahwa debit air di sekitar bendungan mulai mengalami penurunan pada tanggal 28 Januari 2025, dengan tinggi air turun menjadi 7,8 meter dan debit aliran berkurang menjadi 20–25 meter kubik per detik.

“Namun, pada malam harinya, curah hujan kembali meningkat dengan intensitas 60–70 mm. Akibatnya, beberapa titik di Kota Samarinda kembali tergenang,” jelasnya.

Ditambahkan Wali Kota Andi Harun, bahwa status siaga darurat masih tetap diberlakukan di wilayah Samarinda meskipun debit air mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan. Keputusan untuk meningkatkan status siaga menjadi tanggap darurat masih dalam kajian lebih lanjut.

“Sekarang status kita siaga darurat. Apakah akan ditingkatkan menjadi tanggap darurat, semuanya masih dikaji karena ada fenomena mulai menurun, debit air,” kata Andi Harun.

Menurutnya, keputusan ini sangat bergantung pada perkembangan cuaca dalam beberapa hari ke depan. Berdasarkan perkiraan, curah hujan diprediksi masih akan berlangsung hingga 2 Februari 2025.

“Semua sangat tergantung pada keadaan besok dan seterusnya. Kita lihat perkembangannya,” tambahnya.

Andi Harun juga menjelaskan bahwa salah satu faktor penyebab luapan air di beberapa wilayah adalah pembukaan waduk Benanga. Langkah tersebut diambil untuk mencegah jebolnya waduk akibat kapasitas tampung yang terbatas.

“Kita tidak bisa menghindari limpasan air dari waduk Benanga. Waduk itu memang daya tampungnya terbatas dan perlu penanganan bersama, terutama dalam mengatasi sedimentasi,” tuturnya.

Hingga saat ini, Pemerintah Kota Samarinda tetap memantau kondisi lapangan dan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan keselamatan masyarakat serta mengantisipasi potensi dampak yang lebih luas.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan

Bagikan

Leave A Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts